Rabu, 21 Desember 2011

TAHUN PERTAMA DI BISNIS NETWORKING (2)

Jadilah Bintang dalam Setahun Penuh Pertama


Dalam tulisan pertama sudah saya tuliskan bahwa bertahan di setahun pertama memberikan landasan kesuksesan yang kuat untuk tahun-tahun selanjutnya. Setahun pertama ini ibarat pembangunan fondasi dari sebuah gedung. Belum terlalu terlihat hasilnya, namun setelah itu bangunan yang kokoh dan indah siap didirikan.


Dalam setahun pertama, akan dijumpai orang-orang yang prestasinya melejit, baik dalam merekrut member baru, mendatangkan peserta ke acara-acara, maupun omset yang melejit cepat. Namun kebanyakan di antara mereka hanya bertahan beberapa bulan saja.


Saya ingat, di setahun pertama ada seorang member wanita yang di sela-sela kesibukan kantornya mampu meraih omset sangat signifikan dan mampu mengajak banyak peserta, sehingga peringkatnya melejit dengan cepat. Namun sayang kegigihan dan antusiasnya hanya bertahan 2 bulan saja. Karena ada perselisihan dengan downlinenya, menyebabkan ia seperti kehilangan energi. Ada lagi, seorang member yang demikian hebat hingga banyak sekali testimony kesembuhan darinya. Namun sayang, ketika perusahaan terpaksa membuat kebijakan menaikkan harga produk, ia berpikir negatif dan memutuskan langkahnya.


Sebagai contoh ideal, ada seorang leader di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Kerjanya tidak terlalu hebat, biasa-biasa saja, dan di awal tertinggal dibanding dengan teman-temannya. Namun beliau melakukannya dengan persistent atau istiqomah, dan selalu mengedepankan prasangka baik. Luar biasa, leader inilah yang berhasil sukses, memperoleh income berpuluh kali penghasilannya semula.


Saat ini, ada seorang leader tangguh yang mencapai prestasi fenomenal dalam 6 bulan kerjanya. Beliau sudah membuktikan tidak pernah mengendur dalam 6 bulan ini. Jika ia mampu bertahan beberapa saat lagi, saya berkeyakinan tak lama lagi ia akan menikmati income yang spektakuler. Kita tunggu saja, semoga ia mampu bertahan.


Saya ingin mangajak, .......


Wahai, yang pernah menjadi bintang, sesungguhnya Tuhan sudah menunjukkan tanda-tanda kesuksesan. Namun kenapa engkau berhenti sebelum mencapai hasil yang engkau idam-idamkan. Mengapa masalah sepele membuat engkau berpikir negatif dan menyerah? Mengapa rasa bosan dan tidak sabar berhasil mengalahkanmu? Jangan salahkan nasib dan takdir jika demikian. Jangan salahkan Tuhan karena ia telah memberikan kasih sayang-Nya.


Pendaki gunung ada macam-macam. Ada yang baru melihat ke atas sudah berkata, "ah aku tidak mampu". Ada yang telah mencoba naik beberapa tapak, lantas turun lagi dan berpikir, "aku bukan dilahirkan sebagai pendaki gunung".


Ada lagi yang terus berjuang dengan luar biasa, hingga sampai di ketinggian tertentu, lantas ia sudah merasa puas dan berkemah disitu. Padahal posisinya masih berbahaya, karena bisa kena tanah longsor atau cuaca yang kurang bersahabat.


Dan terakhir ada orang yg terus dan terus mendaki. Terkadang ia istirahat sebentar namun dengan persistent terus mendaki menurut ukuran kesanggupannya dan ia tidak berhenti sebelum mencapai puncak, dimana ia mampu melihat keindahan yang luar biasa. Cuaca yang stabil, dan bertemu dengan makhluk langit lainnya. 


Orang bijak berkata, janganlah mengatakan tinggi sebuah gunung, sebelum engkau mencapai puncaknya. Setelah ia mencapai puncak ia akan bertemu awan dan matahari yang lebih tinggi, hingga ia tidak menjadi tinggi hati. Dan ia mampu melihat kehidupan dari atas, dengan sudut pandang langit atau keimanan. 


Published with Blogger-droid v2.0.2

TAHUN PERTAMA DI BISNIS NETWORKING (1)

Orang yang sukses dalam bisnis network marketing adalah orang yang survive tetap bertahan ketika yang lain sudah meninggalkan bisnis. Orang yang survive ini akan membawanya pada kesuksesan yang mengesankan.


Mundur adalah hal yang banyak terjadi dalam bisnis ini. Tetapi jarang ditemukan orang yang terus menerus bekerja dalam bisnis network marketing ini yang akhirnya tidak mencapai kesuksesan.


Dalam bisnis ini, Anda GIGIH atau Anda BINASA. Berhenti adalah cara yang pasti untuk gagal. Bertahan dalam satu tahun pertama memberi distributor baru dasar yang kokoh untuk sukses. Analisis kami memperlihatkan bahwa 95% dari mereka yang bertahan selama 10 tahun dalam bisnis network marketing menjadi kaya melebihi harapan terliar mereka. Mereka yang bertahan dan gigih ini telah memperoleh balasan finansial, kebebasan waktu total, yaitu memiliki seluruh waktu bebas untuk melakukan hal-hal yang benar-benar penting menurut Anda bersama orang-orang yang paling Anda cintai.


Bukan hanya distributor baru, orang-orang sukses dalam bisnis ini pada tahun pertama seringkali menemui jalan buntu dan mempertimbangkan untuk berhenti dari bisnis ini. Sebagian besar dari mereka mengalami kehilangan ANTUSIASME yang sangat diperlukan untuk sukses. Dan sekali seseorang kehilangan antusiasme, maka segera kegembiraan berbisnis ini akan hilang dan akan mengalami bulan-bulan berat. Dan segera jaringan dibawahnya akan kehilangan energi untuk bergerak, dan kondisi ini sangat membahayakan hingga muncul pepatah: "Lebih mudah untuk melahirkan distributor baru daripada menghidupkan jaringan yang sudah mati".


Maka hati-hatilah jika Anda melemah atau kehilangan antusiasme! Deteksilah kedatangan virus ini sebelum menjadi lebih parah.


Upline saya mengatakan suatu petuah yang tidak saya lupakan hingga hari ini, "Jika Anda menikmati menjalankan bisnis ini, berarti Anda sudah berada di "Jalan yang Benar"". Jika Anda menjalaninya dengan senang selalu tersenyum, walaupun mengalami keletihan fisik, itu tandanya kesuksesan sudah bersiap menyambut Anda dengan tangan terbuka.


Sebaliknya jika Anda menjalankannya dengan rasa berat, menderita, terpaksa, maka Anda tidak akan sukses jika masih mengalami hal ini. Segera datangi upline leader Anda, tanyakan hal-hal yang masih meragukan Anda, selesaikan masalah-maslah yang ada dan serap antusiasme dari dirinya.


Sehingga ada pepatah bagus dalam bisnis ini: "Kalau sedang DOWN: UP. Dan kalau sedang UP: DOWN". Artinya ketika Anda sedang melemah, datangi Upline Leader untuk menyembuhkan virus membahayakan ini. Tapi kalau Anda sedang UP segeralah datangi DOWNLINE untuk menularkan semangat dan antusiasme Anda.


Tahun pertama dalam bisnis Network Marketing ini bukan saja penuh tantangan, ini lebih menyerupai berlaga di medan perang. Semua ini adalah tentang tetap bertahan (survive) di tengah-tengah mayoritas mengalami kegagalan yang menyebar.


Seorang distributor bahkan mungkin tidak merasakan bahaya yang akan terjadi, dan kemudian ia tiba-tiba disergap dan kehilangan seluruh downline Anda. Dengan memahami karakter bisnis ini di tahun pertama berarti Anda dapat melihat musuh Anda sejak awal, dan tidak membiarkannya mengendap-endap dan menyerang saat Anda lengah. Dan yang lebih penting, saat pertempuran itu terjadi Anda telah dibekali dengan keterampilan dan perlengkapan yang diperlukan untuk memenangkan setiap pertempuran dan bertahan di tahun pertama Anda dalam MLM.


Beratnya pertempuran di tahun pertama bisa diibaratkan menaiki escalator (tangga berjalan) yang menurun. Anda harus berlari kencang lebih kuat dari menurunnya escalator tersebut. Jika Anda berhenti maka Anda akan segera meluncur turun. Tapi ketika Anda sudah melalui tahun pertama (baca: melalui ujung escalator) tersebut segala sesuatunya menjadi lebih mudah.


Atau diibaratkan seperti mendorong mobil mogok. Anda akan merasakan beban yang berat ketika mobil masih dalam keadaan berhenti. Dan berangsur semakin ringan ketika mobil mogok tersebut mulai berjalan. namun hati-hati jika mobil kembali berhenti Anda akan mengalami beban berat kembali seperti semula. Mobil Anda dorong akan semakin kencang semakin ringan, dan pada akhirnya ketika mesin mobil sudah menyala maka mobil akan melaju sendiri dan Anda bisa bebas beristirahat.


Jadikan Penolakan sebagai sekutu Anda, bukan musuh Anda


Tak peduli siapapun dia, seberapa lamapun karirnya di bisnis MLM, seberapapun suksesnya ia selalu akan dapat mengalami terkena tembakan senjata penolakan. Senjata ini dapat menyerang siapapun, kapanpun, benar-benar melumpuhkan dan akan menghancurkan semangat dan kegembiraan kita.


Penolakan paling bahaya adalah penolakan dari orang yang paling kita kasihi, isteri, keluarga, orang tua & sahabat kita.


Sebutlah seorang yang bernama Andi, setelah mendengarkan Business Opportunity Presentation merasakan semangat dan keyakinan untuk menjalankan bisnis ini. Terbayang di kepalanya, sepulangnya dari acara ini ia akan segera mengajak bergabung beberapa teman dan saudara dekatnya. Dia hampir tidak sabar menunggu untuk mengabarkan kepada mereka bahwa dia telah menemukan "peluang besar" ini.


Namun Andi tidak menyadari, dirinya akan segera diserang oleh senjata penolakan tanpa bisa dihindari. Dan presenter belum menjelaskan dan membekali Andi bagaimana bertahan dari serangan senjata penolakan tersebut.


Harapannya meluap-luap untuk mengajak orang yang paling dicintainya untuk bersama-sama bergandengan tangan membangun bisnis ini. Namun, yang muncul justru tanggapan dingin, sinis dan mencemooh dari istrinya, disertai nasihat agar tidak ikut-ikutan orang yang hanya menjual mimpi.


Segera saja senjata penolakan tersebut seakan tepat menghujam di jantungnya. Ia merasa menjadi orang gagal. Mengajak isterinya saja tidak bisa apalagi orang lain.


Alangkah baiknya presenter sedikit membekali bagi para member baru, untuk mempersiapkan diri menghadapi penolakan dan cara-cara mengatasi penolakan. Tertarik....? Baca terus lanjutannya


Published with Blogger-droid v2.0.2
Published with Blogger-droid v2.0.2

Sabtu, 20 November 2010

Anak Kreatif LebihBaik Dari Pada AnakPintar

. - Umumnya, orangtua ingin anaknya cerdas, terlebih di bidang mata pelajaran sekolah. Namun perlu disadari, kecerdasan saja tidak cukup untuk membuat anak sukses. Anak juga harus kreatif, sebab dengan kreatif, ia bisa mengatasi masalah dalam kehidupan.

Collin Rose, seorang pemerhati anak, mengatakan kesuksesan bisa ditentukan dengan 20 persen kecerdasan dan 80 persen kreativitas. Berarti, penting bagi kita menstimulasi daya kreativitas anak supaya kelak ia bisa sukses.

Menurut dra Rosemini A Prianto, M.Psi., dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu, setiap anak punya daya kreativitas dan kita sebagai orangtua wajib mengasahnya. Ia pun memberikan beberapa kiat kepada peserta seminar yang bertajuk, "Berbagi Kita Meningkatkan dan Mengasah Kreativitas Anak Sebagai Wujud Kasih Sayang."

Pertama, saat balita ajak anak belajar sambil bermain. Ketika menginjak usia sekolah, ikuti gaya belajar yang membuatnya nyaman. Mungkin saja, ia tak bisa maksimal belajar lantaran harus duduk manis dan memilih belajar sambil berpindah-pindah tempat. Sama halnya bila ia suka belajar sambil mendengarkan musik, mendendangkan lagu, atau lainnya.

Kedua, manfaatkan sarana yang ada di rumah untuk belajar. Seperti menghitung jumlah gelas yang ada di rak, warna-warna yang ada di ruang tamu, bentuk-bentuk geometri yang ada di ruang makan, dan lainnya. Kita juga bisa menggunakan alat-alat yang tak terpakai seperti
bekas gelas air mineral maupun fasilitas, seperti komputer, internet, sebagai sarana anak belajar.

Ketiga, berkomunikasilah intens dengan anak. Ajak ia berdiskusi mengenai berbagai masalah dalam keseharian. Jika ada masalah, ajari anak untuk mencari solusi, lalu berikan kesempatan kepada anak untuk mengatasi masalahnya sendiri. Cara ini akan menstimulasi daya kreativitas anak untuk mengatasi masalah.

Keempat, hindari kata "jangan" ketika melarang anak melakukan sesuatu yang membahayakan atau yang tidak perlu. Sebab kata ini akan "memasung" daya kreativitas anak. Ganti dengan kata "sebaiknya" sambil menjelaskan mengapa ia perlu mempertimbangkan untuk melakukan hal yang "sebaiknya" itu.

Kelima, kita perlu membiasakan anak untuk anak untuk menemukan alternatif jawabannya. Misal, kita bertanya mengapa anak harus sekolah? Jawaban yang biasa mungkin supaya ia pintar. Tetapi alternatif jawaban lain bisa beragam, misal, supaya ia bisa belajar banyak hal positif, supaya kelak ia bisa menjadi dokter, supaya ia bisa bermain dengan teman-temannya, dan lainnya.

Keenam, jika anak sudah menunjukkan kreativitasnya, kita perlu memberinya penghargaan. Tak perlu mahal, tetapi bisa membuat anak merasa dihargai, seperti pelukan, pujian, belaian, dan lainnya.

(Irfan/Tabloid Nakita)

Selasa, 01 Juni 2010

GAZA TIDAK MEMBUTUHKAN MU.....


Catatan Perjalananku (My Tavel Notes)
by Santi Soekanto, dari Freedom Flotilla, 30 Mei 2010.

=================================================


From: Santi Soekanto
Sent: Sunday, May 30, 2010 8:47 AM
To: Tomi Satryatomo; Tomi Satryatomo
Subject: Just sharıng - Gaza Tidak Membutuhkanmu


Gaza Tidak Membutuhkanmu!

Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.

Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism…Bahkan ada seorang peserta kafilah yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.

Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.

Kalau dibiarkan riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.

Mengerem

Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidak-ikhlasan dan riya’? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya… Dari para ‘ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka.

Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

Gaza Tak Butuh Aku

Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.

Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.

Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.

Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha… Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

Cara Allah Mengingatkan

Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku.

Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku.

Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat…menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg.

Kucoba lagi menyiram…

Masih ndableg.

Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri…

Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush. Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet…

Blus!

Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana…

Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.

Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.

Allahumaj’alni minat tawwabiin…

Allahumaj’alni minal mutatahirin…

Allahumaj’alni min ibadikas-salihin…

29 Mei 2010, 22:20

Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla to Gaza Mei 2010.

=================================================

hingga kini ibu Santi dan 11 orang WNI lainya, termasuk Ustadz Ferry Nur dari KISPA belum ada kabarnya...

mari jangan putus doa kita bagi mereka semua yang ada dalam kapal misi kemanusiaan tsb...

Minggu, 30 Mei 2010

Nasehat Bob Sadino

1. Terlalu Banyak Ide – Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya.

2. Miskin Keberanian untuk memulai – Orang “bodoh” biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar” telalu banyak pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis – Sebagian besar orang “pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang “bodoh” tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses – Orang “Pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang “bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar – Orang “Pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang “bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi – Orang “Pintar” menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang “Bodoh” berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai – Orang “Pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang “bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri – Orang “Pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan – Orang “Pintar” menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang “bodoh” berpikir simple, “yang penting produknya terjual”.

10. Tidak Fokus – Orang “Pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang “bodoh” tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen – Orang “Pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang “bodoh” ?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -Orang “bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang “pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas – Orang “Pintar” dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang “bodoh” mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Pioritas – Orang “Pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang “Bodoh” ? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas.

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas – Banyak orang “Bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang “Pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Menacampuradukan Keuangan – Seorang “pintar” sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah – Orang “Pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang “Bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

18. Melupakan Tuhan – Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan “TUHAN”. Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.

19. Melupakan Keluarga – Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga.

20. Berperilaku Buruk – Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diatas kakinya sendiri.

Jumat, 21 Mei 2010

Kalifah fil Ardh


Kalau mahu jadi Khalifah fil ardh berpeganglah pada 3 kekuatan iaitu kekuatan aqidah,kekuatan ekonomi dan kekuatan akhlaq yang mulia.Kekuatan aqidah akan menjana kehidupan hamba yang bebas dari rasa kebimbangan pada apa jua persoalan hidup kerana jelas jalan yang dipilihnya adalah keredhaan ilahi.Sekuat mana dugaan yang mendatang dilihatnya tak ubah seperti debu-debu halus yang melekat pada pakaian.Kemanisan itu terbit dari hati yang sedang luka tersepit.Padanya janji tuhan itu sahaja yang pasti sekalipun dia tidak mengerti kenapa jadi bagitu dan bagini.

Kekuatan Ekonomi pula menjadikan dia seorang pemimpin pada mata dunia .Zaman akhir kini perlukan benda juga untuk menakluki hati yang telah mati namun jangan sampai benda terlekat pada hati nanti ia akan menjadi sombong dan lupa diri.Jika benda diletakan pada telapak tangan,benar-benar ia akan menjadi ubat buat menyembuhkan penyakit cinta dunia dan takut mati.

Akhlaq pula bagai lampu terang yang menyuluh dan sesiapa yang nampak cahayannya akan datang kerana ia adalah sebuah keperluan.Akhlaq bukanya membuang kehidupan tetapi mengambil kehidupan dengan jalan yang sangat terhormat.Ia menerbitkan rasa cinta dan sayang pada semua Insan lebih lebih lagi dizaman yang sudah hilang contuh seperti akhlaq Nabi.Akhlaq sebenarnya buah dari pohon takwa yang dasarnya menunjang tauhidnya kedalam bumi ma'rifah.Tidak mampu bagi tubuh kasar untuk menyelaminya melaikan dia sebuah hadiah dari tuhan yang mengenalinya.Beruntunglah sesiapa yang mampu sampai kesitu.
(INILAH JALAN KAMI)